Minggu, 25 November 2018

Tetesan air mata mahasiswa apatis


Mahasiswa merupakan akademisi yang mendapatkan ilmu pendidikan untuk memajukan bangsa dan negara, dia di pogramkan untuk menjadi penerus di masa depan, selama menjadi mahasiswa mereka  di berikan kebebasan dalam menuntut ilmu dalam hal apapun yang bersifat positif. Mereka mendapatkan ilmu pengetahuan baru yang melatih dirinya untuk menjadi manusia yang di perlukan di dunia terutama sebagai generasi penerus dan salah satunya adalah dalam hal pekerjaan. Hal ini terbukti dari beberapa mahasiswa  yang sudah sukses setelah mendapatkan sarjana.  Mereka telah mendapatkan pekerjaan sesuai dengan proses yang pernah di jalaninya. Jika di telusuri lebih dalam tentang perjalanan masa perkuliahan, mereka dulunya adalah mahasiswa yang aktif dan ikut terlibat dalam organisasi, kemudian terus berproses hingga menjadi mahasiswa berpengaruh dan kritis bukan apatis dan bukan mahasiswa kaleng kaleng.

Dewasanya Mahasiswa di tutuntun menjadi orang yang bisa membangun negeri di masa depan baik itu bidang sosial maupun bidang akademik, namun sebagian mahasiswa sekarang malahan tertidur ketika keadilan membutuhkannya. Kemana mahasiswa sekarang? Apa yang terjadi dengan mahasiswa? Berikut kesimpulannya

Sudah jelas bahwa sebagian mahasiswa sekarang apatis Terhadap organisasi, nilai nilai sosial, tidak open terhadap lingkungan sekitar dan mereka lebih memfocuskan diri dengan akademisinya tujuan untuk mempercepat lulusan studi sarjananya,  sehingga cuek terhadap organisasi yang ada di kampus tersebut. Padahal kuliah itu bukan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan kampus saja namun sebaliknya kita seimbangkan dengan ilmu sosial bermasyarakat untuk membangun jaringan yang luas dan menambah pengalaman dalam membangun masa depan setelah sarjana.

Melihat kondisi dunia sekarang yang banyak persaingan antara sesama  sarjana lulusan S1 terutama dalam hal pekerjaan,  dimana para lulusan s1 yang kerap kehilangan gelar sarjananya karna pekerjaan yang mereka dapatkan tidak lebih sebagai kuli bangunan, buruh tani, buruh nelayan, kerja di warung kopi sebagai pelayan biasa, dan banyak lagi yang tidak perlu untuk kita sebutkan. Itu semua adalah pekerjaan mereka bukan profesi yang sesungguhnya yang sesuai dengan gelar sarjananya, setelah ratusan uang di habiskan semasa perkuliahan dimana orang tuanya berharap agar masa depan buah hati mereka cerah, bukan berharap gelar sarjana saja tapi apa yang anak sarjananya berikan setelah dia selesai dari bangku perkuliahan.

Melihat dari beberapa pengalaman senior dan alumni, ini bisa menjadi patokan bagi kita nntinya. Setelah  selesai studinya mereka menjadi sarjana namun masih pengangguran alias belum dapat pekerjaan yang sesuai dengan gelar sarjananya.  jika kita telusuri dari perjalanan pendidikan mereka adalah seseorang akademisi yang lulus dengan nilai terbaik namun selama duduk di bangku kuliah dia cuek terhadap organisasi, terhadap pergerakan mahasiswa, terhadap nilai sosial bermasyarakat, sehingga banyak yang tidak mereka ketahui mengenai lapangan pekerjaan, cara mempengarui orang lain, cara mendapatkan link kerja dan jaringan beserta pengalaman di dunia nyata atau dunia lapangan sangatlah kurang bahkan tidak ada sama sekali, mereka adalah mahasiswa apatis terhadap dunia organisasi dan menyibukkan diri dengan pembelajaran nilai kuliah dan bermain main di waktu jam kosong.

Setelah selesai kuliah yang mereka dapatkan adalah gelar sarjana tapi pengalaman di dunia nyata itu tidak ada, terutama untuk mendapatkan pekerjaan  sangatlah susah apa lagi jaringan atau link dengan orang orang suksespun tidak punya.

Semoga bermanfaat
untuk para mahasiswa sekarang waktunya mendapatkan jaringan dan pengalaman sebanyak banyaknya untuk bekal sarjanamu.

@jullhadii
@julhadi.loyal@gmail.com
@ebookloyal

Aku dan perasaan

Aku dan perasaan ini Sempurna lah jalan cerita ini, setelah 6 bidadari setengah dewa datang dan pergi, tak banyak bicara namun itu kenyataa...