Metode
Interpretasi dalam Arkeologi
Arkeologi
adalah ilmu yang menpelajari kebudayaan (manusia) masa lalu melalui kajian
sistematis (penemuan,dokumentasi,analisis,dan interpretasi data berupa artepak
contohnya budaya bendawi, kapak dan bangunan candi) atas data bendawi yang
ditinggalkan, yang meliputi arsitektur, seni ,biopacts dan laskap.
Metode interpretasi
dalam arkeologi merupakan metode ilmu pengetahuan alam yang dicoba untuk
diterapkan dalam data arkeologi, tujuan dari penerapan ini adalah untuk
menjadikan arkeologi sebagai ilmu scientific, yang dicapai dengan cara
merapkan metode science, upaya inipun dilakukan sebagai gerakan atau aliran
‘’arkeologi baru”, atau bila dipandang dari sudut metodelogi dikenal sebagai Arkeologi Prosesual.
Dalam
bukunya Noerhadi Magetsari (Perspektif Arkeologi Masa Kini dalam Konteks Indonesia)
menjelaskan masaalah interpretasi terhadap arkeologi yang sudah mulai dirasakan
kepentingannya sejak tahun 60-an bersamaan dengan metode menerangkan (ciri khas ilmu pengetahuan Alam) . Namun penerapannya
sendiri baru dimulai pada akhir tahun 1980-an. Dan atas dasar inilah kelompok
ahli arkeologi yang mengembangkannya disebut sebagai aliran pascaprosesual, berbeda dengan aliran prosesual yang mendasarkan pada
filsafat positivik, aliran
pascaprosesual mengikuti filsafat kebudayaan.
Arkeologi Prosesual
Arkeologi
ini menekankan generalisasi terhadap peninggalan yang dihasilkan oleh
pelaku yang telah terpolakan pada masa
silam gerakan atau aliran arkeologi baru yang dari sudut pandang metodologi di
sebut sebagai arkeologi persepsual ini merupakan aliran filsafat posivisme ( suatu
aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya sumber
pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisika),
arkeologi persepsual ini diperkenalkan kembali oleh Hempel, dengan metodenya yang dikenal sebagai deductico-nomothetik. Arkeologi prosepsual ini memiliki pengertian
kebudayaan yang merupakan sebuah mekanisme sistem adaptasi yang diperoleh dari
pengalaman guna mendapatkan kebutuhan hidup yang esensial dari alam.
Arkeologi
pascaprosesual
Sebagaimana
yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa aliran pascaprosesual mengikuti filsafat
kebudayaan dimana pengertiannya dikembangkan bukan dari ilmu pengetahuan alam
melainkan dari ilmu pengetahuan budaya, sehingga menekankan pada subjektivitas,
relativitas, dan kekhususan. pengertian arkeologi prosesual merupakan reaksi
terhadap pengertian arkeologi prosepsual, apa bila arkeologi prosepsual
mengembangkan kebudayaan sebagai sebuah mekanisme dari sebuah sistem adaptasi
yang bersifat mekanistik, maka arkeologi pascaprosesual memperlakukannya
sebagai kebudayaan materi.
Teori dan metode
interpretasi
Teori
merupakan dugaan penafsiran manusia sesuai dengan penagalaman dengan cara
memberi makna terhadap apapun yang dilihatnya, istilah seperti ini
biasanya di gunakan adalah teori tentang
(mengerti), yaitu tentang proses aktif dalam memberikan makna terhadap apa yang
dapat diobservasi seperti teks, perilaku, atau situasi. Hal ini dilakukan
karena untuk menafsirkan sebuah teks atau tindakan yang bermakna itu perlu
pengungkapan dan hal ini memerlukan proses tersendiri, maka dari itu
interpretasi adalah salah satu proses kegiatan otak yang berdisplin.
Metode
Yang
dimaksudkan dengan metode disini adalah metode hermeneutik yang merupakan sebuah
proses yang sering disebut dengan “lingkaran hermaneutik”. Apa yang dilakukan
dalam proses lingkaran itu adalah untuk menghubungkan tentang apa yang dikaji
dan tentang apa yang diketahui sehingga mudah dipahami bahwa unsur-unsur yang
tealah tersruktur ini belumlah mengungkapkan makna apapun, dan makna itu
terungkap setelah setelah unsur diproyeksikan menjadi sebuah pola utuh untuk
kemudian diletakkan pada tahap interpretasi.
Interpretasi dalam
arkeologi
Dalam
pengertian umum interpretasi terhadap kebudayaan materi bekerja diantara masa
lampau dan masa kini atau yang berlainan dari kebudayaan materi, interpretasi
dalam ilmu arkeologi adalah suatu pengkajian kebudayaan materi yang memiliki
bukti yang telah terpola yang dapat di evaluasi dalam hubungannya dengan
informasi yang tersedia secara penuh, asumsi awalnya digunakan sebagai dasar
interpreatasi terhadap kebudayaan materi bahwa kepercayaan ide dan niat
merupakan unsur yang menentukan terhadap tindakan dan praksis masyarakat.
Masaalah pengesahan
Ada
beberapahal yang harus diselesaikan dalam masaalah pengesahan dimana hal ini
bertolak belakang dengan nilai-nilai yang sudah diteliti dimana terdapat
beberpa perbedaan dalam mengkonfirmasikan hipotesisi tentang kebudayaan
material sebagai objek. Barang kali kesuitan yang dihadapi adalah yang bahwa
kebudayaan materi pada hakikatnya berada pada pemisahan antara sebuah
pendekatan pengetahuan alam yan bersifat Universal terhadap materi dengan
sebuah pendekatan histori yang bersifat interpretatif terhadap kebudayaan.
Kesimpulan
Kebudayaan
materi membuka tantangan untuk menerapkan pendekatan interpretasi, peninggalan
kebudayaan materi merupakan bukti dimana jika dilihat dari sisi lain
peninggalan kebudayaan materi ini sulit untuk mendapatkan pendukung yang masih
hidup dan seandainya pendukung itu masih hidup mereka pun sulit untuk
mengungkapkan makna kebudayaan materi mereka. Bagaimana pun juga kebudayaan
materi itu walaupun lestari namun tidak utuh, jadi pendukung asli dan
pembuatnya hanya memberikan sebagaian gambaran dari seluruh riwayat maknanya
karena keterbatasan nilai pendukung.